Senin, 11 Desember 2017

KESENIAN TARI TRADISIONAL MPA'A BIMA NTB



Seni tradisional Bima dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Mpa’a Asi (Tarian Istana) dan Mpa’a Ari Mai Ba Asi (Tarian di luar istana) atau biasanya disebut juga Tarian Rakyat. Tarian istana terdiri dari Tari Siwe (Tarian Perempuan), yaitu mpa’a lenggo (lenggo mbojo), toja, lengsara, katubu dan karaenta. Dan Tari Mone (Tarian Laki-laki), yaitu kanja, sere, soka, manca, lenggo mone (lenggo melayu) dan mpa’a sampari. Adapun Tarian Rakyat adalah mpa’a sila, gantao, dan buja kadanda. Tarian Rakyat menunjukkan sisi kekuatan laki-laki sehingga tidak ada penari perempuan dalam tarian rakyat. Beberapa dari tarian istana dan tarian rakyat masih eksis namun banyak juga yang jarang dimainkan oleh masyarakat bima sehingga terancam punah.



    Jenis Tarian Bima Dana Mbojo
Perkembangan budaya di Bima tidak terlepas dari asimilasi dan akulturasi budaya Bima (Mbojo) dengan daerah lain di Indonesia, termasuk itu untuk tari-tarian. Berikut beberapa Nama tari tradisional daerah Bima baik itu merupakan asli dari Bima itu sendiri maupun yang melalui proses akulturasi dengan budaya luar.
Secara garis besar tarian tradisional Bima dibagi dalam dua kelompok yaitu Mpa’a Asi (Tarian Istana) dan Mpa’a Ari Mai Ba Asia tau tarian diluar Istana yang lazim dikenal dengan tarian rakyat. Pada masa lalu dua kelompok seni tari ini berjalan beriringan dan berkembang cukup baik. Mengenal Jenis Kesenian Tradisional Bima Pada masa kejayaan kesultanan Bima berbagai macam kesenian diciptakan. Beberapa jenis seni tradisional  Bima yaitu :
Tari Istana dikelompokkan dalam dua kategori sesuai jenis kelamin penarinya. Yaitu:
a.       Tari Siwe (tari perempuan), yaitu jenis tari yang dimainkan oleh para
penari perempuan seperti lenggo siwe (lenggo Mbojo), toja, lengsara, katubu dan karaenta.
b.      Tari Mone (tari laki–laki), yaitu jenis tari yang dimainkan oleh penari laki – laki, seperti kanja, sere, soka, manca, lenggo mone (lenggo melayu) dan mpa’a sampari.
Sedangkan Tari Ari Mai Ba Asi (tari di luar pagar istana), dalam pengertian tari rakyat, meliputi mpa’a sila, gantao dan buja kadanda. Semua jenis tari dimainkan oleh penari laki–laki. Tidak ada jenis tari rakyat yang dimainkan oleh penari perempuan. Selain itu, masih ada lagi jenis tari yang merupakan perpaduan antara seni tari dan seni musik yaitu Jiki Hadra (Jikir hadrah), dimainkan oleh para penari dan penyanyi laki–laki.
a.       Hadrah: Merupakan tari tradisional Bima yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT. Hadrah yang dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa masuk ke Bima sekitar abad XIV sejak masuknya Islam ke daerah itu
b.      Kanja: Tari tradisional Bima yang diciptakan Sultan Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1673 setelah mendapatkan inspirasi sejarah masuknya Islam ke Bima. Kanja berarti tantang, karena dalam tarian ini ada gambaran pertarungan dua orang panglima yang tangguh. 
c.       Karaenta: Tari tradisional Bima diawali dengan sebuah lagu berbahasa Makassar yang bernama Karaengta. Penarinya anak kecil berusia sekitar 10 tahun, tidak memakai baju, kecuali hiasan yang dalam bahasa Bima disebut Kawari atau dokoh. Tari hiburan ini merupakan dasar untuk mempelajari tarian kerajaan Bima yang lain.
d.      Katumbu: Tari tradisional Bima yang berarti berdegup ini menggambarkan keluwesan dan keterampilan remaja putri. Tarian ini diperkirakan sudah ada sejak abad XV dan ditarikan keluarga istana. 
e.       Toja: Tari tradisional Bima yang diangkat dari legenda Indra Zamrud. Penciptanya Sulta Abdul Kahir Sirajuddin tahun 1651. Tari ini menggambarkan lemah-gemulainya penari yang turun dari khayangan. * Lenggo: Tari tradisional Bima yang berarti melenggok, yang telah diadatkan dalam upacara Sirih Puan setiap perayaan Maulid. Tari ini menceritakan bagaimana guru agama Islam mengadakan penghormatan kepada muridnya, yaitu Sultan sebagai pernyataan saling menghormati. 
f.       Lengsara: Tari tradisional Bima yang dahulu dipertunjukkan dalam sidang eksekutif dan upacara Ndiha Molu (Maulid Nabi). Tari ini terakhir dipertunjukkan pada tahun 1963 dalam perkawinan keluarga raja, dan sekarang telah dihidupkan kembali. 
g.      Mpa'a: Tari rakyat Bima yang berisi gerak-gerak silat.
h.      Sere: Tari tradisional Bima yang berarti mengajak berperang yang semula ditarikan perwira perang bergelar Anangguru Sere. Tari ini dipertunjukkan di arena yang cukup luas di hadapan tamu yang berkunjung ke Bima.


  Pakaian Adat Bima
Rimpu, pakaian adat perempuan Suku Bima ini merupakan bukti besarnya pengaruh kebudayaan Islam di Bima. Dari segi bentuk, rimpu sering diidentikan dengan mukena, yaitu pakaian yang dikenakan perempuan muslim ketika melaksanakan shalat.
Satu set Rimpu terdiri dari dua bagian, sebagai penutup kepala sampai perut dan penutup perut sampai kaki (seperti rok perempuan pada umumnya). Secara fungsi rimu dibagi menjadi dua jenis, rimpu cili dan rimpu colo. Rimpu cili khusus untuk perempuan Bima yang belum menikah, bentuknya seperti mukena dengan bahan sarung tenun khas Bima, hanya saja pada bagian atas rimpu cili, yang terbuka adalah sepasang mata pemakainya saja. Sedangkan rimpu colo, digunakan oleh kaum ibu yang sudah menikah. Rimpu colo menutup seluruh bagian tubuh kecuali wajah pemakainya.
Bagi pria, yang menjadi ciri khas dari Suku Bima adalah sambolo atau ikat kepala. Sambolo merupakan ikat kepala yang terbuat dari kain tenun, motifnya yang serupa sarung songket (songke), membuat sambolo kerap kali disebut sambolo songke.  Cara memakainya yaitu menjalin masing-masing ujung sehingga melingkari kepala dalam keadaan tertutup. Selain itu, kaum lelaki mengenakan sejenis kemeja berlengan dan berkerah pendek.
Pada bagian bawah, lelaki bima menganakan sarung songket yang disebut tembe me’e. Dan mengenakan ikat pinggang yang disebut salepe. Bentuk salepe tidak berbeda dengan selendang, pemakaiannya hanya dililitkan melingkar di pinggang.
Secara umum, pakaian adat Bima memiliki nilai-nilai ajaran Islam. Pakaian adat bima berfungsi sebagai penutup aurat. Selain sebagai pakaian sehari-hari busana adat Bima bisa difungsikan sebagai pakaian ketika melaksanakan shalat.



 Alat – alat Musik dalam Tarian Bima
a.        Silu 




Adalah salah satu jenis alat musik dari daerah Bima Dompu. Silu termasuk jenis alat musik aerofon tipe hobo, karena silu memiliki lidah lebih dari satu. Lidah pada silu disebut pipi silu terdiri atas 4 lidah. Di daerah Bima ada pembagian alat musik. Menurut pembagian tersebut, silu termasuk golongan ufi yaitu sebuah alat musik tiup. Sedang golongan alat musik lain adalah bo – e yaitu alat musik pukul dengan tangan misalnya rebana. Ko – bi adalah alat musik petik misalnya gambo ( gambus). Golongan lainnya adalah toke, yaitu alat musik yang dipukul dengan alat pemukul, misalnya genda ( gendang), Golongan yang terakhir adalah Ndiri, yaitu alat musik gesek misalnya biola mbojo ( biola Bima). Bahan untuk membuat silu adalah kayu sawo, perak dan daun lontar.
b.    Sarone



Sarone adalah sebuah alat musik tiup dari Kabupaten Bima Dompu. Alat musik  ini  termasuk golongan aerofon yang berlidah. Menurut jumlah lidahnya termasuk tipe klarinet karena lidahnya hanya satu, yang menurut bahasa setempat, lidah ini disebut Lera. Bentuk tabungnya adalah konis ( makin lama makin besar)
Sarone, dibuat dari dua bahan pokok yaitu buluh ( jenis bambu kecil) dan daun lontar. Lolo dan anak loloterdiri atas bulu.. Pada lolo terdapat 6 (enam) bongkang ( lubang) di atas, dan satu lubang di bawah. Cara melubangi dilakukan dengan menggunakan kawat besar yang dibakar. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya diukur dengan mengambil ukuran keliling lolo. Sedang lubang yang ada di bawah, jaraknya ½ (setengah)dari jarak antara dua lubang diatas.






Tari Mpaa Lenggo Mone (tari laki-laki)



      
"TARIAN MPAA NTUMBU" (adu kepala) adalah tarian dimana pemain saling beradu kepala satu sama lain. Tarian ini biasanya dilakukann saat ada acara-acatra tertentu seperti pernikahan, khitan dan upacara-upacara lainnya. Sebelum melakukan "TARIAN MPAA NTUMBU"  biasanya ketua dari para pemain melakukan ritual terlebih dahulu. setelah itu para pemain dikasih air yang sudah diberi mantra untuk diusapkan di kepala masing-masing agar terhindar dari bahaya. Setelah itu baru para pemain melakukan tariannya "TARIAN MPAA NTUMBU" bukan sekedar tarian adu kepala biasa. Tarian ini sama halnya seperti kita menyaksikan kerbau ataupun kambing yang sedang bertarung. Bunyi benturan kepala dari para pemain terkadang membuat para penonton khawatir.
Setelah mengambil ancang-ancang, mereka saling seruduk dan mengaku tidak merasakan apa-apa.
Bunyi benturan dua kepala, dipastikan membuat ngilu penonton. Tapi dua orang pemilik kepala yang diadu tenang-tenang saja. ”Jangan khawatir, tidak akan ada yang terluka.
Setiap ritual kesenian diiringi musik khas Bima, utamanya lewat Tabuhan Gendang dan Tiupan ”SILU” (alat musik tiup semacam terompet yang terbuat dari daun lontar). Meriah, penuh warna, mengandung unsur magic, tapi tidak menakutkan.
"SILU" ( trompet dari daun lontar ini), tidak sembarang orang yg bisa meniupnya, hanya orang-orang terpilih yang bisa meniupnya. karna meniup "SILU" tidak sama seperti meniup seriling ataupun trompet pada jaman sekarang. Karena meniup "SILU" membutuhkan waktu berjam-jam tanmpa jeda berhenti sekalipun. untuk lebih jelasnya tarian mpaa untuk laki laki bisa dilihat di link berikut klik disini

Tari Mpa Lenggo Siwe (tari perempuan)
     Tari Mpa Lenggo merupakan salah satu tarian yang berasal dari Nusa Tenggara Barat sendiri, dimana seperti yang kita tahu bahwa tarian tersebut mempunyai suatu hal dan juga makna yang berbeda antara satu gerakan dengan gerakan yang lainnya, sehingga pada jenis-jenis tarian tertentu ada yang sangat terkenal pada kalangannya sendiri, ada juga yang kurang terkenal kerena beberapa gerakan yang belum pernah terlihat atau terkesan kaku sama sekali. Dalam hal ini sendiri tarian merupakan sesuatu yang bisa disebut dengan seni, karena seperti yang kita tahu bahwa tarian ini memperlihatkan beberapa hal yang sangat identik dengan keindahan dari beberapa gerakan yang dibuatnya beserta dengan hal yang lain juga.



    Tarian ini sendiri merupakan tarian yang sering digunakan dalam beberapa acara yang biasanya diadakan pada daerah ini sendiri, hal ini bisa saja pada acara pernikahan, acara adat istiadat ataupun acara keagamaan serta juga acara ritual yang biasanya dilakukan oleh beberapa orang juga. Pada daerah ini sendiri hampir sama dengan daerah yang ada pada Jawa sendiri, dimana terkadang beberapa gerakan yang ada merupakan gerakan yang penuh dengan tanda Tanya dan masih menyimpan misteri pada beberapa gerakan yang dilakukan oleh penari itu sendiri. bahkan terkadang kita bisa takjub akan beberapa gerakan tarian yang dilakukan tanpa sadar oleh penari tersebut karena terkadang adanya kekuatan mistis pada beberapa tarian tersebut.
      Selain daripada itu tarian-tarian tersebut juga menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang ada di sekitar daerah tersebut sendiri, hal ini dikarenakan ada beberapa orang yang memang menggemari tarian-tarian yang ada dan ingin melihatnya secara dekat karena daya tarik dari beberapa gerakan yang ada pada tarian tersebut. Beberapa tarian yang ada pun sering menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa orang yang melihatnya karena adanya gerakan pada tarian tersebut disertai dengan irama yang ada membuat suatu tarian tersebut menjadi terlihat lebih indah dan juga lebih menarik dibandingkan kesenian yang lainnya.
      Tarian-tarian yang ada pada daerah ini sendiri adalah terdiri dari Tari Gendang Beleq, Tari Mpa Lenggo dan Tari Batungaga. Semua tarian yang ada di atas sendiri merupakan tarian yang mempunyai berbagai macam arti dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada saat melakukan tarian itu sendiri. seperti halnya mungkin beberapa gerakan itu terbuat karena ketidaksengajaan ataupun terkadang bisa dapat berupa kesengajaan dari orang untuk membuat kesenian tersebut menjadi lebih indah dan menarik untuk dilihat. Tarian-tarian yang ada pun pada saat ini harus benar-benar dipelajari agar nantinya generasi muda yang berikutnya bisa lebih mempelajari beberapa gerakan yang ada dan membuat suatu kreasi yang baru pada tarian-tarian yang sudah ada sebelumnya.



1.    Tari Mpa Lenggo
Tarian mpaa lenggo merupakan salah satu tarian yang berasal dari NTB sendiri. Tentu saja dalam hal ini sendiri tarian ini memiliki beberapa makna dalam hal gerakan yang ada dan juga hal lainnya sendiri. Dalam sejarah terbentuknya gerakan ini sendiri pun juga demikian, pasti akan ada sejarah panjang yang membuat tarian ini menjadi terkenal sampai dengan sekarang, walaupun pada halnya belum cukup terdengar sebagai salah satu tarian tradisional seperti jaipong, kecak ataupun tarian lainnya. Tarian ini seiring perkembangannya pasti akan lebih terkenal dibandingkan tarian lain, jika saja tarian ini bisa terus dikembangkan dan ditampilkan pada event-event besar dan disaksikan oleh orang luar, sehingga tarian ini bisa terkenal seperti tarian daerah Indonesia lainnya.
Tarian ini sendiri digunakan biasanya pada saat menyambut hari raya Maulid Nabi Muhammad SAW. Tarian ini tentu saja sangat special untuk menyambut hari sebesar dan hari yang special tersebut. selain daripada itu biasanya tarian ini juga digunakan pada upacara-upacara perkawinan ataupun upacara khitanan keluarga raja sendiri, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa tarian ini sendiri merupakan salah satu tarian yang terkenal di daerah tersebut, dan sampai sekarang keberadaanya pun tetap ada dan akan terus digunakan sampai akhir perkembangan zaman yang ada. untuk lebih jelasnya tarian mpaa untuk perempuan bisa dilihat di link berikut klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESENIAN TARI TRADISIONAL MPA'A BIMA NTB Seni tradisional Bima dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Mpa’a Asi (Tarian Istana) dan...